Sebuah kata yang perlu orang tua hindari saat mendidik anak
Jangan pegang ya...
Jangan berantem sama adik ya...
Jangan nakal di rumah ya...
Jangan lupa bereskan mainan setelah bermain ya...
Sebagai orang tua pasti sering mengucapkan kalimat-kalimat di atas. Kalimat tersebut adalah kalimat larangan atau himbauan yang berfungsi untuk memberi tahu batasan kepada anak tentang apa yang tidak boleh dilakukan. Meskipun kalimat larangan atau himbauan memiliki maksud dan tujuan yang baik tetapi pada kenyataannya masih banyak saja anak yang melanggar kalimat tersebut. Ini semua terjadi karena pada kalimat-kalimat tersebut menggunakan kata yang melemahkan kalimat tersebut. Kata itu adalah “jangan”.

Mengapa orang tua sering menggunakan kata “jangan”? Jawabannya karena kata “jangan” memiliki fungsi memberikan larangan dan menegaskan sebuah peratutan. Dan tidak dapat dihindari bahwa di dalam keluarga ada peraturan dan larangan yang harus diindahkan. Jangan berantakan jika bermain. Poin dari kalimat ini adalah larangan untuk berantakan saat bermain, oleh karena itu orang tua menggunakan kata jangan di depannya. Jangan berisik. Poin penting pada kalimat ini adalah menegaskan sebuah peraturan untuk menjaga kesunyian atau ketenangan.
Sebetulya tidak ada yang salah secara bahasa dalam menggunakan kata “jangan”, namun jika ditelusuri lebih lanjut secara cara kerja pikiran ternyata kata “jangan” memiliki pengaruh besar dalam sebuah kalimat. Sayangnya pengaruh besar yang diberikan adalah negatif yaitu melemahkan efektifitas tujuan sebuah kalimat. Ini terjadi karena pikiran manusia tidak bisa memproses kata “jangan”. Kata “jangan” tidak diindahkan di pikiran kita sehingga tidak terproses dengan baik. Misalnya jika ada orang mengatakan kepada anda “jangan pikirkan gajah” maka yang terjadi secara seketika adalah gajah langsung muncul di pikiran anda. Kata “jangan” tidak diproses, kata-kata setelahnya yang diproses oleh pikiran kita yaitu “pikirkan gajah”.
Nah, coba bayangkan kalimat yang sering diucapkan kepada anak dengan mengguakan kata “jangan”.
• Jangan berantem dengan adik ya = berantem dengan adik ya
• Jangan nakal ya = nakal ya
• Jangan boros-boros ya = boros-boros ya
• Jangan manjat-manjat ya = manjat-manjat ya
Semua kata “jangan” tidak diproses oleh pikiran anak, yang diproses adalah kata-kata di belakangnya yang kalau dilihat kebanyakan kata di belakang kata jangan memiliki arti yang negatif atau sesuatu yang perlu dihindari seharusnya.
Orang tua dapat menyikapi hal ini dengan mengubah kalimat-kalimat yang menggunakan kata “jangan” dengan kalimat positif sesuai degan tujuan yang ingin dicapai. Caranya adalah dengan mencari lawan kata dari kata-kata yang berada di belakang kata “jangan”.
• Jangan berantem dengan adik ya menjadi main sama-sama adik ya
• Jangan nakal ya menjadi baik-baik ya kamu
• Jangan boros-boros ya menjadi yuk belajar hemat
• Jangan manjat-manjat ya menjadi yuk duduk diam disini
Dengan mengubah kalimat “jangan” menjadi kalimat positif akan membuat pikiran kita memproses semua kata-kata yang diucapkan yang membuat anak menjadi lebih menurut dan mendengarkan. Memang sulit untuk menghilangkan kebiasaan menggunakan kata “jangan”, tetapi hal ini sangat baik untuk dicoba dan diusahakan agar anak menjadi lebih baik lagi dan sesuai dengan apa orang tua harapkan.
Selamat mencoba