Orang tua selalu benar
Mom and dad percaya dengan judul di atas? Apakah benar sebagai orang tua selalu benar? Sampai saat ini masih banyak orang tua yang menganut "sistem" ini. Atas dasar usia yang lebih tua sampai dengan pengalaman yang sudah dilewati selama hidup dijadikan penguat alasan mengapa orang tua itu benar. Betul, memang betul dari segi hal-hal tersebut orang tua "lebih" dari anak, tetapi ada satu hal yang sering kali luput dari mata orang tua. Hal tersebut adalah perasaan anak.
Perasaan anak itu nyata. Sama nyatanya dengan perasaan orang tua dan manusia. Orang tua bisa sakit hati, anak juga bisa sakit hati. Dan sakit hati ini tidak mengenal batasan umur, maksudnya tidak ada aturan orang yang lebih tua tidak bisa menyakiti yang lebih muda. Atau orang yang lebih tua boleh menyakiti hati orang yang lebih muda atas dasar alasan apapun. Yang namanya sakit hati tetap sakit hati. Tidak ada yang ceritanya anak sakit hatinya tidak sebesar sakit hatinya orang dewasa. Dengan mengetahui hal ini hendaknya mom and dad peka dan memikirkan perasaan anak. Kalau orang tua mau peka dan memikirkan perasaan anak, maka kalimat "orang tua selalu benar" akan dengan mudah terpatahkan. (baca juga jangan dengarkan anak anda)

Orang tua dan anak sama-sama manusia yang artinya sama-sama bisa berbuat salah. Dan siapapun yang berbuat salah memiliki kesempatan untuk memperbaikinya dimulai dari meminta maaf. Meminta maaf ternyata juga tidak terbatas oleh usia. Tidak ada aturan seperti orang yang lebih tua tidak perlu minta maaf kepada yang lebih muda, begitu juga sebaliknya. Pada kesempatan hari ini akan dibahas mengenai apa yang harus dilatih agar orang tua dapat meminta maaf dengan anak dengan anggun dan elegan sehingga tidak mengurangi hormat anak kepada orang tua.
Mindset yang benar
Mom and dad, langkah pertama untuk dapat meminta maaf kepada anak dengan elegan adalah memiliki mindset yang benar. Mindset bahwa kesalahan adalah hal yang wajar yang bisa datang kepada semua orang. Mindset bahwa tidak perlu malu jika kita terlanjur melakukan kesalahan asalkan kita menyadarinya dan berusaha untuk memperbaikinya. Dengan memiliki mindset positif seperti ini maka sebagai orang tuapun sadar bahwa kesalahan tidak luput dari dirinya dan itu adalah hal yang normal. Mindset positif ini akan menurun kepada anak melalui respon-respon yang kita lakukan saat melakukan kesalahan.
2. Berani
Setelah memiliki mindset positif, hal kedua yang dapat dilatih adalah berani mengakui kesalahan kepada anak. Ini adalah hal yang rumlah bukan? Setelah melakukan kesalahan, kita mengakui kesalahan kita. Dan untuk melakukan hal ini dibutuhkan keberanian dan lapang dada, apalagi untuk mengakui kesalahan kepada orang yang lebih muda daripada kita yang notabene adalah anak kita. Meski begitu hal ini sangat baik untuk dilatih dan dibiasakan karena hal ini dapat menurun juga kepada anak. Ya betul, keberanian dan lapang dada dapat diturunkan kepada anak salah satunya dengan mengakui kesalahan. Dan luar biasanya lagi, hal ini juga mengajarkan anak tentang pentingnya keterbukaan dengan orang tua. (baca juga bagaimana melatih anak agar berani mengutarakan pikiran dan perasaannya)
3. Ketulusan
Berani mengakui kesalahan saja tidak cukup jika tidak dilengkapi dengan ketulusan. Mengakui kesalahan tanpa ketulusan hanya akan menimbulkan kesan keterpaksaan dalam meminta maaf dan ini akan memperburuk hubungan dan kepercayaan di antara orang tua dan anak. Jangankan anak, kita saja sebagai orang tua pasti sebal jika menerima permintaan maaf yang tidak tulus dari orang lain. Ini juga yang dirasakan anak jika kita tidak meminta maaf dengan tulus. Ini akan mempengaruhi rasa hormat anak kepada orang tua.
Ketiga hal di atas dapat mom and dad latih dalam kehidupan sehari-hari agar meminta maaf tidak lagi menjadi hal yang tabu untuk dilakukan kepada anak. Dan luar biasanya lagi, hal ini dapat menurun kepada anak. Jadi disaat kita melatih ketiga hal di atas, anak juga akan belajar ketiga hal di atas dari setiap ucapan dan tindakan kita. Mom and dad, ini adalah salah satu cara untuk membangun keluarga yang harmonis dan penuh hormat.
Jadi, apakah orang tua selalu benar?