Framework Optimisme
Sebuah penelitian yang diadakan oleh Gunadarma mengatakan bahwa optimisme memiliki kontribusi sebanyak 73,5% terhadap kebagaiaan karyawan (https://ejournal.gunadarma.ac.id/index.php/psiko/article/view/1557). Tidak hanya karyawan saja, tetapi dalam kehidupan sehari-hari optimisme sangat penting untuk dimiliki. Selain sebagai bahan bakar agar semangat dalam melakukan sesuatu, optimisme juga berguna untuk meningkatkan kepercayaan diri yang dimana kita tahu bahwa banyak yang mengalami krisis percaya diri di kehidupan akhir-akhir ini.
Ditinjau dari artinya optimisme memiliki arti sikap selalu mempunyai harapan baik dalam segala hal (https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/optimisme). Ini berarti bahwa setiap hal yang dilakukan, kita percaya bahwa akan membuahkan hasil yang baik. Oleh karena itu optimisme sangat dekat dengan kepercayaan dan keyakinan diri akan kemampuan kita melakukan sesuatu.
Melihat dari arti optimisme Smart Parents pasti sepakat bahwa optimisme ini sangat penting untuk dimiliki baik oleh anak maupun diri Smart Parents. Ini dikarenakan orang-orang yang optimis memiliki trait-trait yang sangat baik untuk dirinya antara lain percaya diri, yakin dengan kemampuan diri, positif, memiliki semangat, tidak mudah menyerah. Sebagai orang tua pasti ingin trait-trait ini ada pada anak. Oleh karena itu optimisme sangat penting untuk dimiliki oleh anak. Namun bagaimana bisa menumbuhkan optimisme pada anak? Untuk lebih jelasnya bisa membaca artikel berikut (Anak Optimis)
Sebelum menularkan optimisme kepada anak, Smart Parents perlu paham terlebih dahulu framework dari optimisme itu sendiri. Berikut adalah gambaran singkatnya :

Dari framework di atas terlihat bahwa semua saling berkesinambungan dan saling mempengaruhi. Seseorang yang optimis harus bersifat realistis juga. Karena optimis tidak realistis akan menjadikan kita sebagai pemimpi saja. Orang yang optimis realis akan tetap melakukan persiapan dan menambah pengalaman selalu sehingga ia akan percaya diri dan yakin dengan kemampuan dirinya dalam menghadapi sesuatu. (Baca juga artikel tentang optimis realis disini)
Begitu pula seseorang yang percaya diri harus memiliki kerendahan hati sehingga meskipun ia yakin dengan kemampuannya ia tidak bolos dari persiapan dan terus menambah pengalamannya sehingga saat menemukan tantangan hidup, ia memiliki optimisme untuk melewatinya.
Sebagai contoh seorang anak bernama Agus tergabung dalam tim basket di sekolahnya. Saat mengikuti turnamen basket antar sekolah, Agus giat berlatih bersama timnya setiap hari. Berbagai aspek diasah selama latihan seperti kekuatan fisik, strategi, teknik bermain, kekompakan. Latihan yang dijalani setiap hari membuat Agus dan tim menjadi sangat solid dan cakap dalam permaianan.
Di hari pertandingan Agus dan tim optimis lolos babak penyisihan dan akan masuk ke babak final. Pertandingan demi pertandingan mereka lewati dan sekarang saatnya mereka menuai hasil latihan yang mereka lakukan setiap hari. Lawan demi lawan mereka takhlukan, membuka jalan menuju babak final.
Dalam jeda waktu 1 minggu sebelum babak final dimulai, Agus dan tim tidak berhenti berlatih. Mereka terus mengasah permainan mereka. Tidak ada waktu untuk tenggelam di kemenangan babak penyisihan. Mereka berlatih 2x lebih keras karena mereka tahu lawan yang akan mereka hadapi di final bukanlah lawan yang mudah untuk dikalahkan. Kemenangan tim musuh di babak penyisihan menunjukan bahwa keahlian tim musuh mungkin setara atau bisa jadi lebih kuat daripada tim Agus. Meski begitu tim Agus tidak gentar untuk menghadapi tim musuh di babak final. Mereka percaya bisa menyabet piala juara 1 di final nanti. Namun sekali lagi, itu tidak membuat mereka lengah dalam berlatih mempersiapkan diri untuk pertandingan final.
Dari ilustrasi di atas dapat kita pelajari bahwa optimisme yang baik harus selalu dilengkapi dengan persiapan dan pengalaman untuk meningkatkan kepercayaan diri. Dan meski kepercayaan diri tinggi tetap harus dipersenjatai dengan persiapan dan pengalaman sehingga optimisme tetap dapat terjaga.
Jika framework ini Smart Parents jalankan dengan baik maka Smart Parents akan menjadi orang optimis yang baik dan dapat menjadi role model untuk anak. Kuncinya adalah terus menambah pengetahuan, pengalaman, dan persiapan dalam menghadapi tantangan sehingga kita menjadi pribadi yang optimis dan percaya diri saat menaklukan tantangan tersebut. Jika Smart Parents dapat menunjukan optimisme dalam kehidupan sehari-hari maka anakpun akan belajar menjadi optimis di kehidupan sehari-hari.