Dari mata turun ke hati
Smart Parents pasti sudah tidak asing dengan kalimat judul di atas. Sebuah kalimat yang sudah diucapkan turun temurun dari generasi ke generasi. Biasanya kalimat tersebut dipakai untuk mengungkapkan rasa cinta yang tumbuh berawal dari pandangan mata yang terpesona. Ini berlaku juga lhow untuk orang tua dan anak. Bukan jatuh cinta dalam arti asmara tetapi cinta disini menggambarkan kedekatan emosional antara orang tua dan anak. (baca juga cara mengisi baterai kasih anak)
Di era perkembangan teknologi yang sangat pesat ini semua hal jadi lebih mudah dilakukan. Mulai dari mencari informasi sampai dengan berinteraksi dengan kawan dapat dilakukan dengan teknologi yang bernama gadget. Sahabat mata kita bukanlah lagi pemandangan ayu ataupun keindahan karya. Sahabat mata kita sekarang adalah lampu-lampu di layar gadget kita. Coba renungkan dalam sehari berapa lama mata kita bertatapan dengan layar gadget, bahkan ada yang menatap layar gadget lebih lama daripada menatap sesama manusia. Suka tidak suka, lambat laun ini akan menjadi masalah karena hidup kita lebih banyak habis bersama gadget daripada interaksi yang bermakna sesama manusia, padahal manusia adalah makhluk sosial yang memang kebutuhan utamanya salah satunya adalah interaksi.

Nah, sekarang kita masuk pembahasan di dalam keluarga. Tatapan mata itu sangat berguna sekali dalam membangun hubungan dengan anak. Lho koq bisa? Karena tatapan mata merupakan salah satu elemen penting dalam komunikasi. Dan komunikasi merupakan salah satu elemen penting dari kedekatan emosional dengan anak. Kedekatan emosional yang baik antara orang tua dan anak akan berujung pada keharmonisan di dalam keluarga. Jadi kita bisa lihat betapa tatapan mata ini memegang peranan penting dalam keharmonisan keluarga.
Untuk lebih jelasnya kita akan melihat keuntungan yang didapat dengan menggunakan tatapan mata yang baik :
· Anak merasa diperhatikan
· Anak merasa berharga
· Anak merasa menjadi prioritas
· Anak belajar menghargai dan menghormati
Dari keuntungan yang disebutkan dapat kita simpulkan bahwa menggunakan tatapan mata saat berkomunikasi dengan anak sedikit berpengaruh terhadap kesehatan mental anak terutama dalam aspek pembentukan nilai diri. Dan tidak kepada anak saja, tetapi menggunakan tatapan mata dengan baik dalam berkomunikasi dapat mempererat hubungan kita dengan pasangan kita. Karena pada dasarnya semua manusia sama-sama ingin dihargai dan dihormati.
Ma, mama dengerin aku gak sih?
Dengerin koq, kamu ngomong aja, mama denger
Ya abisnya daritadi mama liatin HP terus
Ya abisnya ini ada hal penting masalah pekerjaan yang harus mama selesaikan
Smart Parent asing dengan percakapan di atas? Dari contoh dialog singkat di atas jadi muncul pertanyaan “apakah kita sudah benar-benar memakai tatapan mata dengan baik saat berkomunikasi dengan keluarga kita?”. Pertanyaan sederhana yang perlu dijawab bukan dengan kata-kata namun dengan pembuktian dalam tindakan sehari-hari. Berapa banyak anak yang merasa bukan prioritas, merasa tidak penting, merasa tidak diperhatikan karena hal sepele seperti di atas. Dan cilakanya adalah perlakuan ini menular, orang tua tidak menatap anak saat berbicara akan dibalas dengan hal yang sama oleh anak kita. Disaat itu terjadi kedekatan emosional mereka perlahan-lahan merenggang sampai pada akhirnya tidak ada lagi kepedulian antara orang tua dan anak.
“Anak merasa harus berkompetisi dengan gadget untuk mendapatkan tatapan mata dari orang tuanya.”
Agar itu tidak terjadi maka Smart Parents dapat menggunakan metode yang disingkat menjadi MATA.
Melihat mata lawan bicara kita saat berbicara
Arahkan konsentrasi ke dalam topik pembicaraan
Taruh gadget kita saat sedang berbicara
Ajarkan hal ini sebagai norma dasar di dalam keluarga
Dengan mempraktekan MATA, kualitas komunikasi antara anggota keluarga pasti akan meningkat. Dan ini berujung pada terwujudnya keluarga yang terbuka dan erat.