top of page

Anak Optimis : apa pentingnya?

Anak optimis: Apa Pentingnya?


Keberuntungan sedang tidak berpihak pada SD Bintang Muda. Tim sepak bola mereka yang sudah berturut-turut menyabet gelar juara di berbagai pertandingan antar sekolah, siang itu harus bertekuk lutut. Mengakui kemenangan tim sepakbola SD Sinar Pagi, yang masih terbilang baru di kancah pertandingan antar sekolah. Sebuah kekalahan yang tak terduga.


Okky dan Peter bisa dibilang 2 pemain sepakbola terbaik di SD Bintang Muda. Namun hari itu bukan penampilan terbaik mereka. Beberapa kesalahan yang dilakukan Okky dan Peter menjadi celah bagi tim lawan untuk mencetak gol. Selesai pertandingan mereka berjalan gontai menuju orang tua mereka yang sudah sedari tadi menyaksikan jalannya pertandingan.


“Gara-gara aku nih kita jadi kalah”, ucap Peter murung, “Aku mainnya jelek banget. Pasti aku gak bakal dipilih lagi deh buat ikut pertandingan,” Peter menghela nafas, “Kayanya aku bakalan stop main sepakbola aja deh.”


Sementara itu, Okky juga merasa kecewa dengan jalannya pertandingan, “Tadi aku banyak error nih Pa,” Okky bercerita pada Ayahnya. “Harus sering latihan lagi nih. Sabtu ini kita ke lapangan yuk, Pa”, sambung Okky lagi, “Kita lagi gak beruntung kali ini, tapi berikutnya kita harus menang,” Okky bertekad.



 

Smart Parents, dari cerita di atas kita bisa melihat sebuah hal yang menarik. Okky dan Peter menghadapi situasi yang sama, namun memaknainya dengan berbeda. Peter yang menyalahkan diri sendiri dan berputus asa menunjukkan sikap pesimis. Anak yang pesimis cenderung memiliki pandangan dan harapan yang buruk akan masa depan. Anak yang pesimis cenderung lebih mudah mudah putus asa.


Di sisi lain, Okky menunjukkan sikap optimis. Meskipun gagal, Okky bisa belajar dari pengalaman. Anak yang optimis yakin dan percaya diri bahwa mereka memegang kendali atas berbagai kejadian yang dialaminya. Seperti pada Okky. Ia menunjukkan optimismenya dengan gigih berlatih dan bertekad meraih kemenangan di kesempatan mendatang.


Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang optimis, yakin bahwa mereka mampu dan layak sukses. Pada kenyataannya, anak yang optimis inilah yang lebih berhasil mencapai berbagai tujuannya. Anak yang bisa mempraktikkan sikap optimis akan lebih resilien. Maksudnya, mereka akan lebih tangguh ketika menghadapi tantangan.


Kabar baiknya, sikap optimis bukanlah bawaan lahir. Optimisme adalah kebiasaan berpikir yang berhubungan dengan bagaimana kita memaknai suatu kejadian. Sikap optimis bisa diajarkan, ditumbuhkan dan dilatih.


Smart Parents, ini dia tips mudah 2K untuk mengajarkan optimisme kepada anak:


1. KOMENTAR positif

Daripada: “Kamu memang selalu ceroboh!”

Coba dengan: “Hari ini kamu lupa bawa buku ke sekolah, besok ingat untuk lebih teliti ya”.


Perhatikan kata-kata yang keluar ketika bicara dengan anak. Beri dukungan dan yakinkan anak bahwa mereka punya kendali atas hal-hal yang dialami. Ketika anak melakukan kesalahan, tekankan pada perilaku yang perlu diperbaiki, bukan menyerang bahwa pribadinya buruk.


2. KESEMPATAN dalam kegagalan

Ajak anak untuk bisa memetik pelajaran dari setiap kejadian. Sukses ataupun gagal, selalu ada kesempatan untuk memperbaiki diri jadi lebih baik lagi. Ajukan pertanyaan seperti, “Hal apa yang sudah baik?” “Apa lagi yang bisa ditingkatkan berikutnya?” Dukung anak bahwa ia mampu menghasilkan perubahan yang lebih baik di masa mendatang.


Nah Smart Parents, hal penting yang perlu diingat adalah anak belajar paling baik dari meniru. Jadi, yuk kita mulai tanamkan kebiasaan untuk bersikap optimis dalam hidup sehari-hari. Mari kita beri contoh untuk mau belajar dari pengalaman, terus berusaha dan tidak mudah menyerah. Dengan demikian, anak otomatis mengadopsi pola berpikir ini dan bisa menerapkannya sebagai kebiasaan.



65 views0 comments
bottom of page