5 Kunci Melatih Anak Berani Mengutarakan Pikiran dan Perasaannya
Mom and dad sekalian, salah satu bekal yang dapat kita berikan kepada anak untuk menyongsong kesuksesan mereka adalah keberanian dalam mengutarakan isi pikiran dan perasaan mereka. Kemampuan ini sangat digunakan dalam segala aspek kehidupan anak, mulai dari interaksi di dalam keluarga, bersosialisasi, sampai dengan dunia pekerjaan juga membutuhkan kemampuan ini. Bayangkan perfomance anak kita di dalam pekerjaan jika anak kita aktif dan berani mengutarakan ide atau solusi untuk perusahaan. Disini kembali kita disadarkan bahwa pintar saja tidaklah cukup. Ide yang baik saja tidak akan bisa memberikan promosi jabatan jika hanya mendekam di dalam kepala saja.

Setelah mom and dad sadar akan pentingnya kemampuan ini, lantas pertanyaan selanjutnya yang muncul adalah bagaimana kita mengajarkannya kepada anak? Di sekolah kemampuan ini tidak diajarkan, bahkan tidak jarang kemampuan ini semakin terkubur jika pem-bullyan sudah ikut campur di dalam hidup anak kita. Untuk mom and dad, tidak perlu khawatir karena mom and dad dapat mengajarkan kemampuan ini di rumah. Ada 5 kunci yang bisa mom and dad pakai di rumah agar anak dapat mengasah kemampuan ini. Yuk, kita simak lebih lanjut tentang 5 kunci tersebut.
Dengarkan apa yang disampaikan anak kita secara menyeluruh tanpa intervensi / memotong
Saat anak mom and dad menyampaikan sesuatu kepada kita, sebetulnya hati anak sudah terbuka dan memiliki intensi untuk berbai dengan kita. Namun terkadang apa yang diceritakan anak tidak sesuai dengan ekspetasi orang tua sehingga orang tua menjadi marah. Dan sering kali tanpa disadari orang tua dengan kemarahannya memotong cerita anak. Anak belum selesai bercerita sudah kena marah. Jika ini terjadi terus menerus maka keberanian anak untuk menyampaikan isi pikiran dan perasaan akan menurun. Cilakanya lagi jika anak menjadi malas terbuka dengan orang tua. (baca juga jangan dengarkan anak)
2. Netralisir perasaan yang muncul sebelum berbicara
Setelah mom and dad mendengar penuh apa yang disampaikan oleh anak, ada baiknya mom and dad tidak langsung merespon (reaktif). Mom and dad dapat berdiam sejenak untuk menenangkan perasaan yang muncul dan berpikir jernih tentang apa yang ingin disampaikan kepada anak (responsif)
3. Gunakan volume dan intonasi bicara rendah
Setelah mom and dad sudah tahu apa yang ingin disampaikan kepada anak, maka utarakan hal tersebut kepada anak dengan volume dan intonasi yang rendah. Jangan marah-marah. Ingat saat anak memutuskan untuk bercerita kepada kita, maka anak sebetulnya membutuhkan pemikiran kita yang lebih bijak sebagai orang tua. Anak tidak bercerita kepada kita hanya untuk sekedar dimarahi (baca juga kunci agar anak mau mendengarkan kita)
4. Bertukar pikiran dengan anak
Jika cara pandang atau cara pikir anak berbeda dengan mom and dad maka jadikanlah momen ini menjadi momen bertukar pikiran dengan anak. Jangan jadikan momen ini sebagai ring pertandingan hidup dan mati. Sebagai orang tua yang lebih bijak seyogyanya kita membimbing anak dengan lemah lembut. Membuka cakrawala anak menjadi lebih luas lagi sehingga anak dapat mengasah kebijaksanaannya juga. Jangan kurung apalagi mengutuk pemikiran anak kita. Kembali diingatkan bahwa saat anak mau bercerita kepada kita, berarti anak membutuhkan pencerahan bukan pertikaian
Inilah keempat kunci yang bisa mom and dad pakai untuk mengasah kemampuan anak dalam mengutarakan isi pikiran dan perasaan mereka. Lho?? Koq cuma 4? Bukannya judulnya 5 kunci ya?
Kunci terakhir adalah :
Dipraktekan
Setelah mom and dad mengetahui 4 kunci dalam mengasah kemampuan anak maka tidak akan lengkap jika tidak dipraktekan. Oleh karena itu kunci kelima adalah mempraktekan apa yang sudah dibagikan. Mari bersama-sama kita membekali anak dengan apa yang penting di masa depan mereka. Selamat mencoba...